Coretan Terakhir.

ilamiaror
3 min readFeb 10, 2023

--

3 Februari 2023.

Halo.

Alvin, hari ini kita bertemu lagi, ya?

Sebelum aku melihatmu pergi, Bisakah kamu mendengarkan ceritaku untuk terakhir kali?

Kalau iya, tolong siapkan hatimu, ya. (Mungkin saja kamu tiba-tiba merasa sedih).

Oke.

Dulu, kamu bilang kita ini abdi sekolah yang penuh ambisi. Nyatanya, kamu sendiri selalu luput dari pandangan mata saat absensi. Guru-guru di kelas sampai merasa kesal. Haaahhhh, kamu itu kenapa suka bikin orang frustasi, sih.

Waktu jam istirahat, kamu sering makan bekal buatan bunda, sambil liat ke arah jendela. Kalau aku jalan ke arah kantin, kamu manggil aku dari lantai dua, panggilanmu nggak ramah sekali (kamu manggil aku seakan-akan aku musuh bebuyutanmu) Kadang, suara tawamu dari lantai dua itu terlalu nyaring sampai-sampai aku gigit jari.

Dulu, kamu mengajarkan aku banyak sekali etika. Katamu, biar terhindar dari petaka. Sampai-sampai kamu menunjuk orang lain (Yang menurutku kamu tidak sengaja malah memfitnah dia) dan berkata, “kita tak boleh secelaka dia.”

Oh, iya. Aku masih ingat kata-katamu. Iya, kata-katamu waktu duluuuu sekali, waktu kita sering bertemu.

Kamu bilang, jangan nangis sendirian. Jangan sibuk cari pelarian. Jangan bertindak tanpa pendirian. Jangan sering keluyuran, nanti aku dimarahin Ibu. Dan terakhir, jangan jalani hidup dengan penuh kesedihan.

Huft.

Terima kasih, ya?

Jikalau aku mengacuhkan salam perkenalan kamu waktu itu, mungkin aku masih jadi orang yang penuh pilu. Mungkin aku masih tersesat dan terbengkalai. Mungkin aku sudah ambruk disiksa pikiran gila.

Bagiku, kehadiran kamu selalu menyenangkan. Kalau ada kamu, hidup rasanya tidak menakutkan. Memikul gunjingan dan olokan rasanya tidak terlalu menyesakkan. Terkadang, mulutku ini penuh sanjungan. Sampai aku bertanya-tanya kepada-Nya, “Tuhan, di hidupku yang lalu, aku memenangkan suatu peperangan, ya?”

Sampai-sampai aku lupa rasaku padamu sudah terlalu pekat. Aku lupa bahwa di hatimu sepertinya ada nama lain yang melekat. Kalau aku mau kamu lupakan dia, rasanya terlalu nekat. Hehehe. Tenang saja, sekarang aku sudah kuat.

Lagipula, cerita kita akan tetap terkenang hingga akhir hayat, kan?

Jujur, akhir-akhir ini, aku merasa seperti pecundang. Aku rindu sorot matamu yang rindang. Aku rindu kalimat-kalimat anehmu yang buatku terbang. Aku ingin kamu pulang, Vin. Tapi, mau memulai interaksi saja rasanya bimbang. Belum sempat menatap, suaraku sudah sumbang. Rasanya terlalu pantang, Vin.

Jangan lupakan aku, ya?

Sendal kesayanganmu itu jangan sampai hilang sebelah. Dompetmu itu juga harus dipegang erat. Oh, kemahiranmu dalam membaca peta jangan sampai pudar ya. (Yaa, bagiku, tanpa ini pun, kamu tetap kelihatan keren sih). Lagu kesukaanmu itu jangan tidak dinyanyikan setiap kali kamu merasa dunia sedang jahat.

Sekarang kamu sudah mau kuliah. Aku harap di sana kamu merasa betah. Semoga semangat kamu tidak pernah patah, sampai-sampai kamu mau menghilang ke antah berantah.

Semoga kamu terhindar dari orang-orang jahat yang palsu. Semoga kamu lupa tentang lukamu yang lalu. Semoga kamu selalu ingat perihalku, walaupun itu lekas tersemu. Semoga hidupmu penuh dengan kejutan baru — kejutan yang bisa bikin kamu terharu. (Pokoknya kalau kamu sedih, cepat beri tahu aku).

Perjalanan kita hari ini memang sudah selesai. Tapi, jangan lupakan catatan kita di sekolah menengah yang sepanjang esai ini, ya?

Walaupun kisah ini kadang menusukku setajam perisai, aku harap cerita kita tak pernah usai.

Kalau kamu siap, kabari aku tentangmu barang sesuap. Supaya nama kamu di otakku tidak akan pernah menguap.

Satu lagi, jangan terlalu sering menghabiskan waktu bersama laptop ya. Kasihan matamu.

Selamat tinggal, Alvin.

Dari aku, Aca.

_

@ilamiaror, 2023.

--

--

ilamiaror
ilamiaror

No responses yet